Minggu, 06 November 2011


KEAJAIBAN UNTUKKU

Hari Senin, hari yang melelahkan bagi Nisya. Gadis yang baru menjejakkan kaki di bangku Sekolah Menengah Atas itu nampaknya sedang sibuk mengemaskan barang – barangnya kedalam koper. Karena tuntutan pekerjaan Ayahnya yang berprofesi sebagai seorang dokter, besok di pagi buta Nisya terpaksa meninggalkan kota Jakarta yang terkenal dengan kemacetannya, ia akan bertransmigrasi menggunakan pesawat terbang ke Lombok. “Nisya.. cepet sayang udah siang nih.” teriak Bunda dari ruang tengah. “ia Bun.. “. Sambil menuruni anak tangga. Nisya pun bergegas menuju mobil dan berangkat ke Bandara Soekarno – Hatta untuk terbang ke pulau Lombok.
Sesampainya di Bandara Selaparang,NTB Lombok, Nisya bertemu dengan asisten ayah yang sudah menjemputnya menggunakan mobil dinas dari rumah sakit tempat ayahnya bekerja. Disepanjang perjalanan menuju villa, dimobil Nisya hanya memainkan i-Pad kesayangannya dan memandangi keindahan Lombok dari kejauhan. Maklum saja Nisya hanya anak tunggal dari keluarga kecil ini jadi, hanya barang – barang kesayangannya saja yang menjadi temannya setiap hari.
  
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya Nisya dan keluarganya sampai di villa tepatnya didaerah Senggigi yaitu pusat wisata yang terkenal dengan pasir putih dan kejernihan lautnya. “Bun.. kamar aku dimana?” Tanya Nisya kepada Bunda. “ Terserah kamu saja sayang.” Jawab Bunda. Akhirnya Nisya pun memilih kamar dilantai dua tepat dimana ia dapat melihat pemandangan laut singgigi dari balkon kamarnya.
Sang surya mulai menampakkan wajahnya, perlahan – lahan sinarnya menghiasi alam semesta, udaranya mulai terasa dan burung – burung pun menyambutnya dengan riang. Hari ini hari pertama Nisya masuk ke sekolah barunya, Nisya pun berangkat ke sekolah bersama ayahnya, Nisya berharap ia akan mendapatkan banyak teman disekolah barunya nanti.
Dugaan Nisya ternyata benar kedatangan ia di sambut dengan baik oleh teman – teman sekelasnya, khususnya Galilei yang menjadi teman satu meja dengan Nisya. Galilei seperti nama ilmuwan yaitu Galileo Galilei yang terkenal dengan penemuannya tentang matahari berotasi, dan hampir buta karena mengamati bintik – bintik matahari dengan mata telanjang. Galilei adalah seorang pria yang ceria, baik, dan yang paling penting adalah ia merupakan cowok pintar seperti namanya ia pun terbilang selebritis dikalangan kaum hawa. Sejak saat itulah Nisya dan Galilei menjadi bersahabat. Dimata Nisya, Galilei adalah sesosok pria yang baik hati, dan mulai saat itu lah Nisya memendam rasa kepada Galilei.

Setiap pulang sekolah Nisya selalu membantu Bunda menyiram tanaman, setelah itu Nisya berjalan menelusuri pantai senggigi menikmati sunset yang cukup indah. Sejak ia kecil hingga dewasa ia terbilang anak yang pandai dan rajin mengaji, oleh karena itu orang tua Nisya tak mau kehilangan putri semata wayangnya. Karena hari sudah mulai gelap Nisya pun bergegas pulang, ia tak ingin Bundanya khawatir dengan keberadaannya. Sesampainya dirumah ia pun membuka pintu sambil mencondongkan badannya ”assalammualaikum… Bunda.” Sapanya, dengan suara lembut Bunda pun menjawab “wallaikumsalam.. kamu dari mana saja Sya?” Tanya Bunda sambil menurunkan anak tangga. “tadi aku ke pantai Bun.. maaf ya aku engga bilang dulu sama Bunda”. Jawab Nisya dengan muka cemberut. “ia..ngga apa – apa lain kali kamu bilang ya.” Ucap Bunda. ”ia.. aku ke atas dulu ya Bun.” Mencium pipi Bunda sambil menaiki anak tangga.
Hari kian berlalu Nisya pun menjalani kehidupan dengan bahagia dan ceria bersama keluarga dan teman – temannya. Pada suatu malam saat Nisya sedang asyik menonton televisi diruang tengah. Tiba – tiba telepon rumah Nisya berdering. Krringg.. Nisya pun bergegas mengangkat gagang telepon “ assalammualaikum.. ?”.sapa Nisya dengan ramah.” Wallaikumsalam.. Sya ini aku Galilei”.jawabnya.”ada apa?koq malam – malam telepon aku?”. Tanya Nisya. Galilei pun diam sejenak, ia takut Nisya marah kepadanya apabila ia mengatakan yang sebenarnya. Akhirnya Galilei meceritakan kepada Nisya.” Aku minta maaf ya Sya, mungkin selama ini aku salah sama kamu” ujar Galilei dengan nada takut. Nisya pun menjadi semakin penasaran dengan perkataan Galilei. “ besok pagi aku akan berangkat ke Sidney, orang tua ku ditugaskan untuk bekerja disana Sya, maaf ya aku baru bicara sekarang”. Ujar Galilei. Nisya pun terdiam mendengar pernyataan Galilei, ia merasa sedih ditinggal sahabat yang merantau ke negeri seberang. “ia Ga, aku mengerti, kita berpisah bukan berarti persahabatan kita akan berpisah pula, suatu saat nanti kita akan bertemu kembali Ga”. Dengan nada simpatik. Setelah pembicaraan ditelepon selesai Nisya kembali lagi ke ruang tengah.
Namun, tiba – tiba saat ia melewati depan kamar Bunda, ia mendengar suara Bunda sedang merintih kesakitan. Tanpa berfikir panjang Nisya pun membuka pintu dan melihat Bunda sedang memegang perutnya sambil merintih kesakitan. Nisya bergegas menghubungi ambulan rumah sakit dimana tempat ayahnya bekerja untuk membawa Bunda, kebetulan hari itu ayah Nisya sedang lembur karena ada pasien yang harus ditangani lebih lanjut. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Nisya hanya dapat menangis sambil menatap wajah Bunda, Ia berharap tidak terjadi apa – apa dengan Bunda. Sesampainya dirumah sakit Bunda diturunkan dari ambulan kemudian di bawa ke ruang unit gawat darurat oleh para suster untuk ditangani lebih lanjut. Nisya pun menunggu di koridor rumah sakit sambil berdoa. Tak lama Ayahnya pun datang dan berbicara dengan dokter yang menangani Bundanya.

Pada akhirnya pihak rumah sakit mengatakan bahwa meraka tidak sanggup mengobati Bunda karena alat medis yang tersedia di rumah sakit itu tidak memadai. Demi Bunda, ayahnya pun memutuskan untuk sementara waktu mereka tinggal di Jakarta tepatnya di apartemen yang tak jauh dari Bundanya di opname. Dan bunda pun di opname di Rumah Sakit Dharmais yang terletak di Jakarta Barat, tepatnya di jalan Jend. S. Parman Kav. 84-86, Slipi. Seingat Nisya Rumah Sakit Dharmais adalah rumah sakit yang berkonsentrasi pada upaya penyembuhan tubuh manusia dari penyakit kanker. Semenjak itu Nisya mengetahui penyakit apa yang selama ini di derita oleh Bundanya.
Selama Bunda di opname, ayahnya tak ingin Nisya tertinggal pelajaran di sekolah, akhirnya Nisya pun bersekolah di Al-Azhar Jakarta. Setiap pulang sekolah Nisya selalu meluangkan waktu untuk menjenguk Bundanya ke rumah sakit dan membaca al-Quran untuk Bundanya sampai larut malam, sampai Ayahnya datang dan membawanya pulang ke apartemen. Saat ia menjenguk, Bundanya berkata “Nisya, Bunda ingin sekali pergi ke surga di depan matamu, tapi Bunda ingin kamu selalu membaca Al-Quran dan menghafalkannya setiap hari karena Ia akan menjadi pelindungmu kelak… ”ucap Bunda dengan nada lembut.
Nisya benar-benar tidak mengerti tentang apa yang dikatakan Bundanya. Ia mulai merasakan perubahan keadaan Bundanya, terutama ketika Bundanya mulai dipindahkan ke rumah sakit untuk waktu yang cukup lama. Waktu fajar telah tiba,suara adzan shubuh mulai berkumandang dimana-mana, perlahan – lahan mata Nisya terbuka dan melihat ke arah jam dinding dikamarnya yang telah menunjukan pukul 04.30 WIB, dengan cepat Nisya bangun dari tempat tidur dan bergegas untuk mengambil air wudhu, Nisya bangun lebih awal dari biasanya, dan khusus hari ini Nisya akan menyiapkan sarapan untuk Bunda, pukul 05.00 WIB Nisya sudah berada di dapur, untuk membuat bubur yang akan di berikan kepada Bundanya. Sesampainya di Rumah Sakit Nisya langsung berlalu menuju kamar Bunda.“Bunda…………”Nisya membangunkan Bunda, Bunda tampak terkejut melihat putri kesayangannya sudah ada di sampingnya.”Nisya!…tumben kamu bangun pagi- pagi, biasanya kesiangan, mimpi apa ya Bunda semalam?”goda Bunda sambil mencubit pipi Nisya.”Selamat Ulang Tahun Bunda…., Maaf Nisya cuma bisa membuat bubur untuk Bunda, maaf ya Bun…kalo keasinan buburnya.”Tanpa terasa air mata Bunda menetes, ”Bunda….jangan menangis dong…Bunda kan udah dewasa, kata bunda yang menangis hanya anak kecil, sekarang koq malah Bunda yang sering nangis?”Tanya Nisya.”Kali ini Bunda nangis karena bahagia koq nak…”jawab Bunda.”Emang nya Bunda bahagia?”Tanya Nisya, “Bunda bahagia sayang …Bunda bahagia punya anak seperti kamu, anak yang selalu perhatian sama Bunda…”ujar Bunda, mereka pun berpelukan erat,”Nisya sayang sama Bunda, hari ini, besok, dan Selamanya…”air mata Nisya pun menetes.

Suatu hari pihak rumah sakit memberitahu Ayah Nisya melalui telepon bahwa kondisi istrinya itu sangat buruk, karena saat dokter memeriksa denyut jantung Bunda, tensi darah Bunda mencapai 180, sangat tinggi untuk ukuran normal, kata dokter ukuran normal itu berkisar antara 120 s/d 130 dan ia perlu datang secepatnya, sehingga Ayahnya menjemput Nisya dari sekolah dan langsung menuju ke rumah sakit. Di perjalanan Nisya berkata kepada Ayahnya “ Ayah jika nanti Bunda meninggalkan kita berdua, apakah Ayah akan menikah lagi?”Tanya Nisya, Ayah terkejut dengan pertanyaan Nisya “Nisya, Ayah sayang sama Bunda sampai kapan pun Ayah ngga akan cari pengganti Bunda, dan Ayah yakin Bunda akan sembuh. kamu harus tahu allah tidak akan memberi cobaan kepada umatnya lebih dari kemampuannya.” Ujar Ayah.
Setibanya di rumah sakit Ayah Nisya memakirkan mobilnya diseberang jalan tepat di depan rumah sakit tersebut. Ayahnya meminta Nisya untuk tinggal di dalam mobil, sehingga ia tidak akan shock jika ibunya meninggal dunia. Ayahnya pun keluar dari mobil dengan berlinang air mata, ia pun menyeberang jalan untuk masuk rumah sakit. Tapi tiba-tiba naas datanglah sebuah mobil melaju kencang dan … Brakkk suara mobil yang sedang menabrak ayahnya dengan keras hingga ayahnya terlempar sejauh lima meter dari tempat ayahnya berjalan sebelumnya, mendengar suara itu Nisya pun keluar dari mobil mencari sumber suara tersebut dan tak terbayangkan ayahnya sudah tergeletak di atas aspal dengan berlumuran darah yang keluar dari daerah kepalanya Nisya hanya bisa terdiam lemas sambil menangis menatapi wajahnya dan memeluk ayahnya yang sudah meninggal ditempat.
Akhirnya jasad ayahnya pun di bawa ke rumah sakit kemudian di autopsi oleh dokter, pengendara mobil yang telah menabrak ayahnya pun meminta maaf kepada Nisya, dan berjanji ia akan mengurusi dan membiayai rumah sakit sampai pemakaman ayahnya. Akhirnya ayahnya di makamkan di TPU tempat dulu Nisya tinggal. Tragedi Nisya belum selesai sampai di sini. Setelah sebulan semenjak kematian ayahnya, keadaan Bunda semakin kritis. Saat ini Nisya hanya bisa berdoa kepada allah SWT, meminta agar Bunda diberikan umur panjang. Pada saat dirumah sakit Bunda berkata “Nisya.. jika kelak bunda pergi hanya Al-Qur’an ini yang menjadi teman kamu, Bunda hanya bisa memberikan ini saja kepada kamu. Jika kamu merasa kesepian maka bacalah ini,jika kamu sedih bacalah ini. Sesungguhnya hanya Ia-lah yang dapat menjadi teman terbaikmu di dunia dan di akhirat.” Ujar Bunda sambil meneteskan air mata.”terimakasih Bunda, Nisya janji akan selalu baca dan menjaga Al-Qur’an ini sebaik-baiknya.” Tutur Nisya sambil merangkul Bunda.
Akhirnya Bunda Nisya meninggal dunia karena kanker yang di deritanya sudah cukup kronis dan tidak dapat di sembuhkan lagi hanya Al-Qur’an yang dititipkan Bunda kepada Nisya sebagai temannya setiap hari. Dan kini Nisya hanya sebatang kara sendirian tanpa kedua orangtuanya. Dan oleh orangtua dari teman-teman sekolahnya, Nisya dititipkan dipanti asuhan Pesona Kasih, dipanti Nisya sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga panti ini. 
 
Saat dipanti Nisya mulai mengalami nyeri mirip dengan Bundanya dan pengurus panti pun memeriksa keadaan ia, dan setelah beberapa kali tes di dapati bahwa Nisya juga mengidap kanker tulang. Tapi sungguh membingungkan kala ia di beritahu kalau ia menderita kanker. Nisya hanya berkata “Alhamdulillah, sekarang aku akan bertemu dengan kedua orang tuaku.” Semua pengurus panti terkejut dengan perkataannya. Nisya yang sedang menghadapi musibah yang bertubi-tubi ia masih bisa tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya!.
Nisya pun koma tak sadarkan diri. Pengurus panti pun memutuskan untuk memindahkan Nisya ke rumah sakit di London Yaitu Rumah Sakit Teenage Cancer Trust Ward. Semakin lama kanker yang diderita oleh Nisya mulai menyebar keseluruh tubuhnya, para dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya, dan Nisya pun tetap sabar dan tabah terhadap segala cobaan yang diberikan allah kepadanya. Tetapi beberapa hari setelah operasi amputasi kakinya, kanker sekarang menyebar ke otaknya, lalu dokter memutuskan untuk melakukan operasi otak, setelah menjalani beberapa operasi Nisya mengalami koma yang cukup lama.
Pada suatu hari tiba – tiba Nisya tersenyum para dokter pun mencoba untuk menyadarkannya, Nisya pun sadar dan ia bertanya pada dokter “ kenapa aku ada di sini? Dimana taman bunga itu?” ujarnya dengan linglung.” Taman Bunga? Maksud kamu?” Tanya dokter dengan heran.“ia, taman yang penuh dengan bunga kamboja, yang berlatarkan putih.apakah dokter tahu?” ujar Nisya. Semua Dokter pun tidak mengerti dengan perkataannya, mereka pun segera memberi obat penenang kepada Nisya agar ia dapat melupakan semua itu. Pada suatu malam Nisya membaca Al-Qur’an pemberian Bunda tetapi tiba-tiba denyut jantung Nisya mulai melemah dan tensi darah Nisya pun di atas normal.
Tiba – tiba saat para dokter membawanya ke ruang UGD Nisya jatuh pingsan tak sadarkan diri. Para dokter pun panik dan para pengurus panti pun sudah pasrah jika nyawa Nisya tidak dapat di selamatkan. Tetapi Allah berkehendak lain saat dokter memeriksa kembali keadaan Nisya, ia di vonis kan terlepas dari kanker yang di deritanya. Dengan senang Nisya tersenyum sambil memeluk Al-Qur’an pemberian Bunda dan berkata “ Alhamdulillah..”.sambil meneteskan air mata dipipinya.
Setelah kesembuhannya, akhirnya Nisya diperbolehkan pulang oleh para dokter, kemudian Nisya kembali lagi ke Indonesia bertemu dengan teman-temannya dipanti asuhan yang sudah menanti kedatangannya sejak semalaman. Nisya sangat bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh allah SWT kepada nya, walaupun ia harus berjalan menggunakan tongkat dengan ke adaan pincang ia tetap semangat untuk melanjutkan hidup keduanya. Menurut ia dibalikan ke burukkan pasti akan ada kebaikan ataupun sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar