Berdasarkan faktor
yang dipertimbangkan, menurut Hawkins
et al. yang dikutip oleh Simamora
(2003, pB), pengambilan keputusan
pembelian dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
1.
Pengambilan keputusan berdasarkan atribut produk
(atribut-based choice)
Pada pengambilan keputusan ini
memerlukan pengetahuan tentang apa atribut suatu produk dan
bagaimana kualitas
atribut tersebut. Asumsinya, keputusan
diambil secara
rasional dengan mengevaluasi atribut
- atribut yang dipertimbangkan
2.
Pengambilan keputusan berdasarkan sikap
(attitude-based choice)
Pengambilan keputusan ini diambil
berdasarkan kesan umum, intuisi
maupun perasaan. Pengambilan keputusan
seperti ini dapat terjadi pada produk yang
belum dikenal atau tidak sempat dievaluasi oleh konsumen.
Menurut
Philip Kotler yang kemudian di kutip oleh Usmara (2008,
p126) konsumen membentuk
keputusan pembelian atas dasar faktor- faktor seperti harga yang
diharapkan, manfaat pelayanan yang diharapkan, dan pendapatan keluarga.
Keputusan pembelian dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
1. Sikap dan pendirian
orang lain
Semakin kuat sikap negatif orang
lain, dan semakin dekat orang lain tersebut
dengan konsumen, konsumen akan semakin menyesuaikan keputusan
pembeliannya.
2. Situasi yang tidak diantisipasi
Konsumen
membentuk suatu maksud pembelian
atas dasar faktor
- faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga
yang diharapkan, dan manfaat
produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkln terjadi untuk mengubah
keputusan pembelian tersebut. Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan. Apabila daya
guna produk tersebut berada
dibawah harapan pelanggan, pelanggan tersebut akan merasa dikecewakan, jika memenuhi harapan pelanggan akan
merasa puas, jika melebihi harapan pelanggan
akan merasa sangat puas. Perasaan - perasaan ini mempunyai arti
dalam hal apakah
pelanggan tersebut akan membeli produk
itu lagi. Kepuasan
atau ketidakpuasan konsumen dengan
suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen merasa puas, dia
akan menunjukkan
probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk
itu lagi.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Lima
tahap keputusan pembelian
menurut Kotler dan keller (2007, p235), yaitu :
1.
Pengenalan masalah (problem opportunity recognition)
Proses pembelian dimulai ketika
pembeli mengenali masalah
atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat
dicetuskan oleh rangsangan
internal dan eksternal.
Dalam kasus pertama,
salah satu kebutuhan umum seseorang dapat dipicu oleh rangsangan internal
ketika salah satu kebutuhan
normal seseorang mencapai
ambang batas tertentu dan mulai menjadi
pendorong, misalnya rasa lapar dan
haus. Dalam kasus
kedua, kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan
eksternal.
Misalnya
seseorang menonton iklan televisi tentang
liburan di Hawai yang memicu
pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian.
Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan
yang memicu kebutuhan tertentu,
dengan mengumpulkan
informasi dari sejumlah konsumen. Mereka kemudian
dapat menyusun strategi
pemasaran yang mampu memicu minat konsumen.
Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan pertimbangan yang serius.
2.
Pencarian informasi (search)
Konsumen
yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Situasi
pencarian informasi yang lebih ringan
dinamakan penguatan perhatian. Pada level penguatan perhatian, orang hanya
sekedar lebih peka terhadap informasi
produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin
mulai aktif mencari informasi, misalnya dengan mencari
bahan bacaan, menelpon ternan,
dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
3. Evaluasi alternatif (alternative evaluation)
Orang
pemasaran perlu untuk mengetahui tentang evaluasi berbagai
alternatif yaitu bagaimana memproses informasi untuk mencapai pilihan
merek. Konsumen tidak menggunakan
satu proses evaluasi yang sederhana dalam semua situasi pembelian. Sebaliknya, beberapa proses evaluasi digunakan sekaligus. Konsep dasar tertentu membantu
menjelaskan proses
evaluasi konsumen. Pertama, kita berasumsi bahwa setiap konsumen
melihat suatu produk
sebagai satu paket atribut produk. Kedua, konsumen
akan memberikan tingkat kepentingan
yang berbeda
ada atribut - atribut yang berbeda menurut kebutuhan dan keinginannya yang unik.
Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu susunan
keyakinan merek mengenai
posisi setiap merek pada
setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen
akan bervariasi terhadap tingkat
- tingkat atribut yang
berbeda. Kelima, konsumen mencapai suatu sikap terhadap merek yang berbeda
lewat prosedur evaluasi. Konsumen didapati menggunakan
satu atau lebihdari
beberapa prosedur evaluasi, tergantung
pada konsumen dan keputusan
pembeliannya. Bagaimana
konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung
pada konsumen individu dan
situasi pembelian tertentu. Kadang - kadang konsumen
sangat cermat dalam mempertimbangkan pembelian
suatu produk tetapi
ada kalanya mereka hanya mengevaluasi sedikit bahkan hanya
berdasarkan dorongan sesaat
tergatung pada intuisi. Kadang konsumen mengambil keputusan sendiri,
kadangkala mereka bertanya
kepada orang lain, misalnya saudara, teman,
dan penjual. Orang pemasaran harus mempelajari
pembeli untuk mengetahui bagaimana mereka mengevaluasi alternatif merek. Jika mereka tahu bahwa proses evaluasi sedang
bejalan, orang pemasaran dapat mengambil
langkah - langkah untuk
mempengaruhi keputusan pembeli.
4.
Keputusan pembelian (purchase decision)
Keputusan pembelian
merupakan saat dimana konsumen
memutuskan untuk membeli atau tidak produk yang
bersangkutan dan membuat keputusan pemesanan yang berhubungan dengan
pembelian. Selain itu keputusan pembelian dapat diartikan juga sebagai
tingkatan dari proses keputusan pembelian dimana
konsumen
sebenarnya melakukan pembelian. Pemilihan ini dilakukan atas
dasar hasil evaluasi
ditahap sebelumnya. Dalam
tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek - merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen
juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai
5.
Perilaku pasca pembelian (post-
purchase evaluation)
Setelah pembelian,
konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian
karena memperhatikan fitur - fitur tertentu
yang mengganggu atau mendengar hal - hal yang menyenangkan tentang merek
lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung
keputusannya. Komunikasi
pemasaran
harus memasok keyakinan dan evaluasi yang
mengukuhkan pilihan konsumen dan
membantu dia merasa nyaman dengan
merek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar