1.
Pengambilan keputusan berdasarkan atribut produk
(atribut-based choice)
Pada
pengambilan keputusan ini memerlukan pengetahuan tentang apa atribut suatu produk dan bagaimana kualitas atribut tersebut. Asumsinya, keputusan
diambil secara rasional dengan mengevaluasi atribut - atribut yang dipertimbangkan
2.
Pengambilan keputusan
berdasarkan sikap (attitude-based choice)
Pengambilan keputusan ini diambil
berdasarkan kesan umum, intuisi
maupun perasaan. Pengambilan
keputusan seperti ini dapat terjadi pada produk
yang belum
dikenal atau tidak sempat dievaluasi oleh konsumen.
Menurut Philip Kotler
yang
kemudian
di
kutip
oleh
Usmara
(2008,
p126) konsumen membentuk keputusan pembelian atas dasar faktor- faktor seperti harga yang
diharapkan, manfaat pelayanan yang diharapkan, dan pendapatan keluarga.
Keputusan pembelian dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
1. Sikap dan pendirian
orang lain
Semakin kuat sikap
negatif orang lain,
dan semakin dekat
orang
lain tersebut
dengan konsumen, konsumen akan semakin menyesuaikan keputusan
pembeliannya.
2.
Situasi yang tidak diantisipasi
Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas
dasar
faktor
- faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkln terjadi untuk mengubah
keputusan pembelian tersebut. Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat
kepuasan atau
ketidakpuasan. Apabila daya
guna produk
tersebut berada
dibawah harapan pelanggan, pelanggan tersebut
akan merasa dikecewakan, jika memenuhi harapan
pelanggan akan merasa puas, jika
melebihi harapan
pelanggan akan
merasa sangat puas. Perasaan - perasaan ini mempunyai arti dalam
hal apakah pelanggan
tersebut akan
membeli produk itu lagi. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dengan
suatu
produk
akan
mempengaruhi
perilaku selanjutnya. Jika konsumen merasa puas, dia akan menunjukkan
probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk
itu lagi.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Lima tahap keputusan
pembelian
menurut
Kotler
dan
keller
(2007, p235), yaitu :
1.
Pengenalan masalah (problem opportunity recognition)
Proses pembelian dimulai ketika pembeli
mengenali
masalah
atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut
dapat
dicetuskan oleh rangsangan internal dan
eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan umum seseorang dapat dipicu oleh rangsangan internal
ketika salah satu kebutuhan
normal seseorang mencapai
ambang batas
tertentu dan
mulai menjadi pendorong, misalnya rasa lapar dan haus. Dalam kasus
kedua, kebutuhan ditimbulkan
oleh
rangsangan
eksternal.
Misalnya seseorang menonton iklan televisi tentang liburan di Hawai yang memicu
pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian.
Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan
yang memicu kebutuhan tertentu,
dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah
konsumen. Mereka kemudian
dapat menyusun strategi
pemasaran yang mampu memicu minat konsumen.
Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan pertimbangan yang serius.
2. Pencarian informasi
(search)
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan
terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian
informasi
yang lebih ringan
dinamakan penguatan perhatian. Pada level penguatan perhatian, orang hanya
sekedar lebih peka terhadap informasi
produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin
mulai aktif mencari informasi, misalnya dengan mencari
bahan bacaan, menelpon ternan,
dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
3.
Evaluasi alternatif (alternative evaluation)
Orang pemasaran perlu untuk mengetahui tentang evaluasi berbagai
alternatif yaitu bagaimana memproses informasi untuk mencapai pilihan
merek. Konsumen tidak menggunakan
satu proses
evaluasi yang sederhana dalam semua
situasi pembelian. Sebaliknya,
beberapa proses evaluasi
digunakan sekaligus. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita
berasumsi bahwa setiap konsumen
melihat suatu
produk sebagai satu paket atribut
produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat kepentingan yang berbeda ada atribut
- atribut yang
berbeda
menurut
kebutuhan dan keinginannya yang unik. Ketiga,
konsumen mungkin akan mengembangkan satu susunan
keyakinan merek mengenai posisi
setiap merek pada setiap atribut.
Keempat, harapan kepuasan produk total
konsumen
akan
bervariasi terhadap tingkat - tingkat atribut
yang
berbeda.
Kelima, konsumen
mencapai suatu sikap terhadap merek yang berbeda
lewat prosedur evaluasi. Konsumen didapati menggunakan satu atau
lebihdari beberapa prosedur evaluasi, tergantung
pada konsumen
dan keputusan pembeliannya. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individu dan situasi pembelian tertentu. Kadang - kadang konsumen sangat cermat
dalam
mempertimbangkan pembelian suatu produk
tetapi
ada
kalanya mereka hanya mengevaluasi sedikit bahkan hanya berdasarkan dorongan sesaat tergatung
pada intuisi. Kadang konsumen
mengambil keputusan sendiri, kadangkala mereka
bertanya kepada orang lain,
misalnya saudara, teman, dan penjual.
Orang pemasaran
harus
mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana mereka mengevaluasi alternatif
merek. Jika mereka tahu bahwa proses evaluasi sedang bejalan, orang pemasaran dapat mengambil langkah - langkah untuk mempengaruhi keputusan pembeli.
4. Keputusan pembelian
(purchase decision)
Keputusan pembelian
merupakan
saat
dimana
konsumen
memutuskan
untuk
membeli atau tidak
produk
yang
bersangkutan dan
membuat
keputusan pemesanan yang berhubungan dengan
pembelian. Selain
itu
keputusan pembelian dapat diartikan juga
sebagai
tingkatan dari
proses
keputusan pembelian dimana konsumen sebenarnya
melakukan
pembelian.
Pemilihan ini dilakukan atas dasar hasil evaluasi
ditahap sebelumnya. Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk
preferensi atas merek
- merek yang
ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk
niat untuk membeli merek yang paling disukai
5. Perilaku pasca pembelian (post- purchase evaluation)
Setelah pembelian, konsumen mungkin
mengalami ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur
- fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal - hal yang menyenangkan tentang merek
lain, dan akan selalu
siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan evaluasi
yang
mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu dia merasa nyaman
dengan merek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar